jump to navigation

Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Januari 15, 2009

Posted by mrjack in Islam, Nasehat.
add a comment

Kepungan teknologi telah membentuk “gaya hidup” tersendiri dalam diri anak. Banyak “idola” yang lahir dari rahim media utamanya peranti elektronik bernama televisi. Di sisi lain, idola sesungguhnya bagi umat Islam justru dilupakan dan dianggap tokoh yang semata mengisi lembar sejarah. Di mana peran orang tua selama ini?

Seorang anak kecil sedang menggenggam sebuah majalah anak-anak, matanya mengamati sesosok artis cilik yang termuat di majalah itu. Di kamarnya terpajang beberapa poster sang artis. Menjadi seperti sang tokoh adalah idaman yang dia angankan selama ini. Pakaian, aksesori, bahkan gaya dia buat semirip mungkin dengan tokoh pujaannya. Bahkan kalau bisa, makanan dan mainan favorit si artis pun menjadi favoritnya pula. Segala tingkah polah si artis adalah suatu yang sah-sah saja baginya.
Fenomena semacam ini sangat sering ditemui, di banyak tempat, di segala tingkatan usia, membuat kita benar-benar mengelus dada. Bagaimana tidak, sementara yang lebih banyak mereka konsumsi adalah beraneka ragam majalah anak, televisi dengan beragam channel dan acara, tak sulit pula mereka menikmati VCD. Tak aneh tentunya bila mereka lebih banyak mengenal tokoh-tokoh yang ada di sana.
Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita mengadukan segala keadaan yang menyedihkan seperti itu. Betapa mereka tak mengenal tentang satu-satunya sosok yang layak dijadikan panutan, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa jarang, bahkan hampir tak pernah mereka dengar cerita kehidupan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, kecuali hanya sekedar namanya atau sekilas biografinya dalam mata pelajaran agama dengan jam pelajaran yang amat terbatas di sekolah.
Mana sebenarnya yang lebih melapangkan dada orang tua, si anak mengikuti tokoh rekaan atau tokoh pujaan yang memiliki segudang kekurangan dan banyak kemungkinan berbuat kesalahan dan kemaksiatan, ataukah si anak meneladani sosok yang begitu sempurna untuk menjadi teladan, yang memiliki segala sisi kebaikan?
Orangtua yang bijaksana tentu menginginkan kebaikan bagi anak-anak mereka tak sebatas saat anak-anak itu hidup di dunia, namun hingga nanti ketika mereka telah kembali ke hadapan Rabbnya. Orang tua seperti ini tentu akan menjaga anak-anak mereka dari kerusakan moral –dan menjaga sebaik-baiknya moralitas mereka– sehingga tak akan membiarkan anak mereka bergaya dan berperilaku semau mereka. Mereka akan membimbing anak-anak yang bak ranting muda yang mudah tertiup angin ini dengan bimbingan terbaik. Sementara itu, tak ada bimbingan terbaik selain yang didapat dari sosok manusia yang terbaik pula, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lebih…)

Tawasul antara Sunnah, Bid’ah dan Syirik Januari 10, 2009

Posted by mrjack in Aqidah, Islam.
add a comment

Penulis: Buletin Al Wala’ wal Bara’ Edisi ke-21 Tahun ke-1 / 09 Mei 2003 M / 07 Rabi’ul Awwal 1424 H

Do’a adalah seutama-utamanya pendekatan diri yang menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya. Telah shahih hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda

Doa adalah ibadah” (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Al Albany dalam Shahih Sunnan Abu Dawud)

hal ini disebabkan karena pada diri orang yang berdoa terkumpul sifat kehinaan, ketundukan dan kebergantungan kepada Dzat yang di Tangan-Nya lah perbendaharaan segala sesuatu. Dengan do’a yang kedudukannya seperti ini, Allah Azza Wajalla memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa di setiap keadaan. Allah ta’ala berfirman

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (Al A’raf:55).

Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka bahwa di antara sarana-sarana diharapkan doa tersebut diterima adalah berdo’a dengan nama-nama dan sifat Allah, sebagaimana Allah katakan:

“Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raf : 180)

Maka disyariatkan bagi orang yang berdo’a untuk memulai do’anya dengan bertawasul (menjadikan perantara) dengan menyebut nama Allah dan sifat-Nya yang berkaitan dengan doa tersebut. Apabila seorang muslim menginginkan kasih sayang dan ampunan Allah maka dia berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yaitu Ar Rahman dan Ar Rahim, Al Ghafur, Al Karim. Apabila dia menginginkan rizki, maka dia berdoa kepada Rabbnya dengan nama Ar Razzaq (Maha Pemberi Rizki), Al Mu’thi (Maha Pemberi), Al Jawwad (Maha Penderma), demikianlah seorang yang berdoa hendaklah dia berdoa dengan perantaraan nama-nama yang sesuai dengan hal yang dia inginkan, karena hal ini menjadi sebab diterimanya doa.

Tawasul Yang Disyariatkan (Sunnah)
(lebih…)